BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Candi Borobudur berdiri kokoh sebagai salah satu keajaiban dunia yang
menjadi kebanggaan Bangsa Indonesia. Usianya telah mencapai lebih dari 13 abad.
Candi borobudur dibangun di tempat terbuka, oleh sebab itu Candi borobudur
mengalami berbagai kerusakan. Kerusakan tersebut disebabkan oleh proses-proses
alam terutama Pelapukan yang dipengaruhi oleh kondisi alam seperti halnya cuaca.
Atas dasar tersebut diatas, penyusun melakukan penelitian serta melaporkan
dengan judul , “Pengaruh Cuaca Berakibat Batuan Candi Borobudur Terancam Pelapukan”
1.2 Perumusan Masalah.
1.
Kerusakan
apa yang dialami batuan Candi Borobudur akibat pengaruh Cuaca?
2.
Bagaimana
proses pelapukan batuan Candi Borobudur akibat pengaruh Cuaca?
1.3
Tujuan
Penelitian.
Penyusunan melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana teori
yang sudah diterima dan pelakasanaan sesungguhnya di lapangan yang bertempat di
Candi Borobudur Yogyakarta pada tanggal 14 Februari 2011 serta untuk mengetahui
sejauh mana kesesuaian teori-teori tersebut dengan prakteknya. Penelitian ini
juga bertujuan :
1. Untuk mengetahui kerusakan apa yang dialami batuan Candi
Borobudur akibat pengaruh cuaca.
2. Untuk mengetahui proses pelapukan batuan Candi Borobudur
akibat pengaruh cuaca.
1.4
Angapan Dasar dan
Hipotesis.
Penelitian ini
dilaksanakan atas pemikiran sebagai berikut:
1.
Batuan
yang ada di permukaan bumi pasti mengalami pelapukan sehingga dapat terurai
menjadi bentuk yang berbeda dengan batuan asalnya.
2.
Batuan Candi Borobudur mengalami pelapukan karena
kondisi alam, terutama oleh tumbuhan yang hidup pada batuan Candi Borobudur.
Sebagai dugaan awal
bahwa kerusakan terjadi karena adanya pelapukan, yang terdiri dari pelapukan
mekanik, biologis,kimiawi (Sumaji Sutrijat, 1999, hal 78).
1.5
Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dalam
penelitian ini, kami menggunakan beberapa teknik:
·
Metode
Observasi adalah pengumpulan data dengan melakukan penelitian secara langsung
melakukan pengamatan terhadap candi borobudur.
·
Metode
kepustakaan adalah pengumpulan data dengan cara membaca buku – buku panduan
yang berkaitan dengan cuaca candi borobudur.
1.6 Sistematika Penyusunan
Dalam menyajikan hasil karya tulis ini ini, maka sistematika penulisan
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN membahas tentang : latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, anggapan dasar dan hipotesis, teknik pengumpulan
data dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS mencangkup tentang : pengertian pelapukan, cuaca dan pelapukan batuan.
BAB III PEMBAHASAN meliputi tentang : sejarah perbaikan Candi Borobudur,
pengaruh cuaca terhadap batuan Candi Borobudur dan proses pelapukan dan
penggaraman Batuan Candi Borobudurakibat pengaruh cuaca
BAB IV PENUTUP meliputi tentang : kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
BIODATA PENULIS
BAB II
TINJAUAN TEORETIS
2.1 Pengertian Pelapukan
Pelapukan
adalah proses alterasi dan fragsinasi batuan dan material tanah pada atau dekat permukaan bumi yang disebabkan
karena proses fisik, kimia atau biologi. Hasil dari pelapukan ini merupakan
asal (source) dari batuan sedimen dan tanah (soil). Kiranya penting untuk
diketahui bahwa proses pelapukan akan menghacurkan batuan atau bahkan
melarutkan sebagian dari mineral untuk kemudian menjadi tanah atau diangkut dan
diendapkan sebagai batuan sedimen klastik. Sebagian dari mineral mungkin larut
secara menyeluruh dan membentuk mineral baru. Inilah sebabnya dalam studi tanah
atau batuan klastika mempunyai komposisi yang dapat sangat berbeda dengan
batuan asalnya. Komposisi tanah tidak hanya tergantung pada batuan induk (asal)
nya, tetapi juga dipengaruhi oleh alam,
intensitas, dan lama (duration) pelapukan dan proses jenis pembentukan tanah
itu sendiri. ( Wikipedia bahasa
Indonesia, ensiklopedia bebas)
2.2 Cuaca
Cuaca
adalah keadaan lapisan udara (troposfer) pada saat tertentu dan di wilayah
tertentu yang relatife sempit dan pada jangka waktu yang singkat. Cuaca itu
terbentuk dari gabungan unsur cuaca dan jangka waktu cuaca.
http//:www.pustekkom@2005
2.3 Pelapukan Batuan
Berdasarkan
penyebabnya, pelapukan dibedakan menjadi tiga macam yaitu pelapukan Mekanis,
pelapukan Kemis(kimia) dan pelapukan organis(biologi). Adapun perbedaan dari
ketiga macam pelapukan tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Pelapukan Mekanis
Pelapukan
yang disebabkan oleh perubahan fisis. Pada proses ini batuan akan mengalami
perubahan fisik baik bentuk maupun ukurannya.
Pelapukan ini di sebut juga pelapukan mekanik sebab prosesnya berlangsung secara mekanik. Penyebab terjadinya pelapukan mekanik yaitu :
Pelapukan ini di sebut juga pelapukan mekanik sebab prosesnya berlangsung secara mekanik. Penyebab terjadinya pelapukan mekanik yaitu :
1.
Adanya
perbedaan temperatur yang tinggi.
2.
Adapun
pembekuan air di dalam batuan.
3.
Berubahnya
air garam menjadi kristal. pelapukan yang disebabkan oleh proses fisika .
2.
Pelapukan
Kemis(kimia)
Pelapukam Kemis adalah proses
penghancuran batuan disertai perubahan susunan kimianya. Gaya kimia mengubah susunan
kimia pada bahan yang dihasilkan. Reaksi
kimia mengubah susunan kimia pada bahan yang dihasilkan. Reaksi kimia
tersebut meliputi pelarutan, hidrasi, hidrolisis, oksidasai, reduksi, dan
karbonisasi (Dirjen Pendidikan Tinggi Depdikbud. 1991 . Kimia Tanah. Jakarta:Dirjen Pendidikan Tinggi Depdikbud).
3.
Pelapukan Organis
Pelapukan Organis
adalah proses penghancuran batuan diakibatkan oleh aktivitas makhluk hidup,baik
hewan maupun tumbuhan. (Geografi
1,hal.136)
Organisme sangat
berperan dalam pelapukan ini. Beberapa organisme penyebab pelapukan,yaitu
sebagai berikut:
a.
Bakteri
Bakteri merupakan salah satu jasad renik yang berbentuk seperti batang,
peluru atau sekrup. Seperti jasad renik
lainnya, bakteri termasuk makhluk hidup yang kasat nata. Untuk bisa mengamati
dan mengenal bakteri secara seksama diperlukan mikroskop.
b.
Jamur
Jamur bisa disebut
fungi atau cendawan. Jamur merupakan organism yang tidak mempunyai klorofil
atau bersifat heterotof. Untuk mempertahankan dirinya,jamur hidup sebagai
parasit dan saprofit,jamur tidak mempunyai akar, batang dan daun, sehingga
disenut tumbuhan thalus.
Jamur berkembang
biak secara kaein dan tidak kawin. Perkembangbiakan secara kawin dilakukan
dengan cara konjugasi askospora dan basidiospora. Perkembangan dengan cara
tidak kawin dilakukan dengan membentuk
spora, membelah diri, fragmentasi dan dengan kondium.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Sejarah Perbaikan Candi Borobudur
Candi
Borobudur terletak di Desa Borobudur,
Kabupaten Magelang,propinsi Jawa Tengah. Daerah ini merupakan daerah
pegunungan. Jenis hujan yang terjadi adadlah hujan gunung atau disebut juga
hujan orografis. Curah hujan cukup
tinggi yaitu diatas 400 mm per tahun sehinggga kelembaban udara sangat tinggi.
Letak
bangunan Candi yang berada diatas perbukitan merupakan salah satu pertimbangan
yang menguntungkan saatpendirian Candi Borobudur. Candi Borobudur didirikan
pada masa kejayaan Syailendra sekitar abad ke-8. Kejayaan ditandai dengan
dibangunnya Candi-candi yangterkenal dalam sejarah karena usha-usahanya untuk
manjunjung tinggi agama Budha Mahayana.
Setelah
menghilang selama berabad-abad pada tahun 1814, Sir Thomas Stamford Rafles,
Letnan Gubernur Jendral Inggris menemukan dan membersihkan Candi Borobudur.
Pembersihan lebih lanjut dilakukan tahun 1853 oleh Hartman. Pada tahun
1907-1911 Th Van Erp melakukan uasha-usaha perbaikan dan memugar kembali Candi
Borobudur untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. Kemudian pada tanggal 10
Agustus 1973 prresiden Soeharto meresmikan prasati sebagai tanda dimulainya
pemugaran Candi Borobudur. Batu-batu Candi Borobudur dibongkar kemudian
dipasang kembali setelah terlebih dahulu dibersihkan dan diawetkan. Pemugaran
selesai pada tanggal 23 Februari 1983.
Bangunan
Candi Borobudur terdiri atas patung sejumlah 504 buah, 72 buah stupa besar
dengan satu stupa induk sebagai puncak, 1472 buah stupa kecil sebagai
relief-relief pada dindingnya. Seluruh bangunan Candi terbuat dari batuan
dengan jumlah total sekitar 55.000 m3 batuan. (Candi Borobudur Peninggalan Nenek Moyang, Sutanto).
Struktur
bangunan Candi saat ini tidaklah selengkap seperti pada awal didirikan.
Beberapa patung, stupa dan relief-relief ada yang hilang beberapa bagiannya.
Bagian-bagian yang ada namun terpisah.
3.2 Pengaruh Cuaca Terhadap batuan Candi Borobudur
Cuaca
sangat berpengaruh pada proses pelapukan. Batuan Candi Borobudur melapuk karena
pengaruh cuaca, terutama hujan. Air hujan sangat berpengaruh pada proses
pelapukan karena air hujan mengandung asam. Semakin banyak air hujan merembes
maka semakin cepat proses pelapukan.
3.3 Proses Pelapukan dan Penggaraman Batuan Candi
Borobudur Akibat Pengaruh Cuaca
Batuan Candi
Borobudur adalah batuan beku. Ketahanan batuan beku terhadap kehancuran adalah
sama besar dengan tenaga yang dibutuhkan untuk pengkristalan batuan tersebut
pada waktu pendinginan magama. Makin besar tenaga untuk pembekuannya, makin
besar pula tenaga untuk penghancurannya dan makin stabil batuan tersebut
terhadap kehancuran (pelalpukan). Hal itulah yang menyebabkan batuan Candi
Borobudur bias bertahan selama berabad-abad. Namun proses alam tetap saja
terjadi pada batuan Candi Borobudur. Diantara proses alam yang terjadi adalah
pelapukan dan penggaraman.
1.
Pelapukan
Pelapukan dipengaruhi oleh gaya
fisika, kimia dan biologi.(Kimia Tanah, Hal.178) Pelapukan yang terjadi pada
batuan Candi Borobudur adalah pelapukan kimia, fisika dan pelapukan biologis.
Pelapukan-pelapukan tersebut terjadi secara bersamaan dan saling mendukung.
Pelapukan fisika lebih berperan, pelapukan biologis terjadi oleh organism.
Pelapukan kimia merupakan penghubung kedua pelapukan tersebut yang akan dibahas
dalam penggaraman.
Penyebab pelapukan batuan Candi Borobudur
berasal dari tenaga-tenaga alam yang ada dilingkungan sekitar bangunan Candi
Borobudur. Seperti suhu, curah hujan, kelembaban udara, serta organism yang
tumbuh disekitarnya.
a.
Suhu
Suhu
disekitarnya sangat mempengaruhi suhu batuan. Suhu adalahtingkat panasnya
aktifitas molekul udara dalam atmosfer. Batuan terdiri datas berbagai zat yang
memiliki koefesien mulai berbeda. Perubahan suhu mengakibatkan zat penyusun
yang lain desak-desakan itu dapat mengakibatkan batuan menjadi retak dan pecah.
Suhu
rata-rata disekitar Cand Borobudur adalah 28o C. Namun pada siang
hari suhu disekitar Candi Borobudur terus berubah-ubah sehingga batuannya sedikit
demi edikit berubah dan mengelupas, sebaliknya saat panas terik suhu bisa
tiba-tiba berubah jika turun hujan.
Batuan mengerut secara tiba-tiba. Hal ini mengakibatkan struktur batuan Candi
Borobudur berubah dan kemudian retak.
b.
Air
Ø Pembentukan air
pada celah batuan
Curah hujan
disekitar Candi Borobudur cukup tinggi. Air hujan yang tergenang akan masuk ke
celah-celah batuan. Pada malam hari suhu berubah menjadi sangat rendah sehingga
air pada celah batuan berubah menjadi es, gumpalan e situ menyebabkan struktur
batuan Candi Borobudur merenggang. Hal ini terus menerus berlangsung dan
mengakibatkan penghancuran.
Ø Kelembaban Udara
Kelembaban air yang cukup
tinggi di udara menyebabkan kelembaban udara naik. Karena curah hujan yang
cukup tinggi, kelembaban udara di sekitar Candi Borobudur mencapai diatas 60%.
Kelembaban udara yang tinggi memungkinkan proses-proses pelapukan terjadi.
c.
Makhluk Hidup
Makhluk hidup
sangat berperan dalam proses pelapukan. Makhluk hidup dapat mempercepet proses pelapukan. Batuan Vulkanik
penyusun Candi Borobudur yang kaya akan minerl-mineral penting merupakan tempat
yang tepat bagi tumbuhnya organism
saprofit. Mineral-mineral batuan tersebut bereaksi dengan bahan-bahan organik
dari makhluk hidup saprofit dan terjadilah pelapukan.
Makhluk hidup atau
organisme yang tumbuh pada batuan Candi Borobudur adalah vegetasi-vegetasi
perintis yaitu bakteri, alga dan jamur.
1.
Bakteri
Bakteri merupakan
tumbuhan yang sangat kecil, sehingga disebut jasad renik. Hidupnya kosmopolit
atau dapat tumbuh dimana saja. Bakteri dapat tumbuh dengan baik pada lingkungan
yang lembab dan kadar airnya tinggi.
Pada sudut-sudut
batuan Candi Borobudur yang terkena cahaya matahari langsung, bakteri
berkembang dengan baik. Cahaya matahari (ultraviolet) dapat memutasikan ADN
bakteri sehigga bakteri akan musnah jika terkena cahaya matahari.
Bakteri yang tumbuh
pada batuan Candi Borobudur adalah bakteri Fotoautotrof yang dapat menyintesis senyawa organuk
dengan menggunakan energy cahaya matahari tidak langsung. Bakteri tersebut
menghasilkan bernagai senyawa asam yang dapat bereaksi dengan oksida bantuan.
Contoh bakteri yang
terdapat pada batuan Candi Borobudur adalah :
v
Amonifiry sp,
v
Aceutobacteur, dan
v
Fictobacteur Fixing
2.
Alga
Alga yang dapat
hidup pada nbatuan disebut Perifiton. Alga yang hidup pada batuan Candi Borobudur
umumnya adalah alga dari kelas Cyanophyceae
(alga biru) dan Chlorophyceae
(Alga Hijau). Alga biru merupakan vegetasi perintis. Artinya, alga tersebut
merupakan organism yang mampu menghancurkan batuan sehingga memungkinkan
tumbuhan lain dapat hidup di daerah tersebut. Alasannya, selain dapat
berfotosintesis alga ini mampu hidup pada lingkungan dengan suhu hingga 85o
C, sehingga dapat bertahan lama tumbuh pada batuan Candi Borobudur. Selain itu,
alga ini juga menghasilkan asam yang merupakan senyawa dalam proses pelapukan
batuan.
Spesies alga yang
terdapat dalam batuan Candi Borobudur diantaranya :
v
Nostoceae,
v
Gleocapsa,
v
Chlorophyceae bersel satu.
3.
Fungi(Jamur)
Jamur hidup sebagai saprofit pada batuan
Candi Borobudur. Jamur jenis ini memperoleh makanan secara tidak langsung dari
makhluk hidup lain. Celah-celah batuan Candi Borobudur yang lembab, kurang
cahaya matahari dan banyak mengandung zat-zat organic merupakan daerah yang
paling tepat bagi pertumbuhan jamur.
Beberapa jenis jamur menghasilkan asam yang
berpengaruh terhadap batuan Candi Borobudur. Beberapa jenis lain bisa
menghancurkan sisa-sisa kotoran yang menempel pada batuan Candi Borobudur
seperti daun-daunan atau sisa-sisa makanan yang diubah menjadi mineral-mineral
yang memberi peluang tumbuhan lain dapat timbuh.
Beberapa jamur yang tumbuh pada batuan Candi
Borobudur adalah:
o
Aspergilus nigeruan
tioghom
o
Aspergilus tlavus
link, dan
o
Rhyzopus orrhyzus
ficher.
2.
Penggaraman
Penggaraman adalah
proses pembentukan garam hasil reaksi antara asam dengan basa atau asam dan basa dengan oksidannya.
Mineral-mineral batuan Candi Borobudur yang berupa oksida asam atau basa akan
bereaksi jika terdapat asam atau basa.
Kandungan terbesar
batuan andesit adalah oksida silikat. Reaksi penggaraman menyebabkan kadar
kation basa banyak. Sebaliknya batuan makin tahan dngan meningkatnyakadar
silikat.
Oksida-oksida
batuan Candi Borobudur bereaksi dengan asam atau basa yang berasal dari zat
organic ataupun zat anorganik.
a.
Air
hujan
Air hujan
mengandung karbondioksida( CO2), Oksigen ( O2) dan
zat-zat asam organic. Asam yang berasal dari air hujan adalah asam karbonat.
H2O(l) + CO2 H2CO3(aq)
Jika oksida silikat bereaksi
dengan air hujan manghasilkan asam silikat.
SiO2(s)
+ H2O(l) CaCO3(s)+
H2O(aq)
Contoh reaksi penggaraman pada
batuan Candi Borobudur:
CaO(s) +
H 2CO3(aq) CaCO3+H2O(l)
Oksida kalsium
bereaksi dengan asam karbonat dari air
hujan menghasilkan endapan bikarbonat. Dari proses ini terlihat bahwa batuan
yang keras berubah menjadi batuan yang lunak yaitu endapan bikarbonat. Hal ini
berarti batuan melapuk.
b.
Bahan Organik
Bahan organik
berpengaruh nyata terhadap batuan. Dalam penguraian bahan organik,
selumlah senyawa-senyawa organic dihasilkan dan disintesis. H+
(kation) yang dihasilkan selama penguraian bahan organic akan diikat oleh
oksida batuan sehingga mengubah sifat batuan yakni menjadi asam. Contohnya,
oksida natrium mengikat H+ yang disintesis oleh vegetasi perintis
yangmenyebabkan pH batuan meningkat memungkinkan reaksi-reaksi kimia lainnya
terjadi lebih mudah.
Na2O(s)+ H2SO4 Na2SO4(aq)
+ H2O(l)
Penggaraman menghasilkan warna putih seperti kapur pada
permukaan bahan. Garam-garam yang dihasilkan oleh reaksi penggaraman pada Candi
Borobudur diantaranya: NaCl, Na2SO4,
CaCO3, MgO dan
lain-lain.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan yang telah penyusun kemukakan, maka dapat ditarik kesimpulan berikut
:
1. Batuan Candi Borobudur mengalami kerusakan
karena proses-proses alam seperti pelapukan dan penggaraman.
2. Pelapukan batuan Candi Borobudur berlangsung
oleh gaya-gaya alam seperti suhu,cuaca,air dan makhluk hidup.
3. Organisme lebih berperan pada proses pelapukan
Candi Borobudur karena keadaan alam seperti suhu dan kadar air yang mendukung.
4. Perubahan bentuk dan susunan kimia Candi
Borobudur menyebabkan batuan lapuk.
4.2 Saran
Untuk
tindak lanjut dari kerusakan batuan Candi Borobudur, penyusun menyarankan hal
sebagai berikut :
ü
Setiap
pengunjung selain berhak untuk menikmati keindahan arsitektur bangunan Candi
Borobudur juga berkewajiban untuk menjaga keindahannya.
ü
Semua
pihak harus berperan aktif dalam menjaga batuan Candi Borobudur.
ü
Pihak yang
berwenang harus berupaya melakukan tindakan untuk mencegah terjadinya pelapukan
batuan Candi Borobodur dengan disesuaikan kondisi cuaca yang sering terjadi di
kawasan Candi Borobudur.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen
Pendidikan Tinggi Depdikbud. 1991 . Kimia
Tanah. Jakarta:
Dirjen Pendidikan Tinggi
Depdikbud.
http//:www.pustekkom@2005
Prawihartono,
Slamet, H.Drs, dkk.1992. Panduan Belajar
Biologi SMA.
Jakarta: Yudistira.
Susanto.
1998. Candi Borobudur Peninggalan Nenek
Moyang. Magelang:
Pustaka Jaya.
Syamsuri,
M.M Achmad, Drs, dan Drs, Moch. Endang Superdi. 2002.
Geografi.
Bandung:
Lubuk Agung.
BIODATA
PENULIS
Nama :
Dimas Adi Prasetia
Tempat Tgl. Lahir : Bandung,
17 Desember 1994
Jenis kelamin :
Laki-laki
Agama :
Islam
Kelas :
XII IPA 2
Alamat :
Tambaksari
Misi : Menjadikan sesuatu yang biasa menjadi luar biasa.
Nama :
Dwiki Abdurrahman
Tempat Tgl. Lahir : Ciamis, 3
Maret 1994
Jenis Kelamin :
Laki-laki
Agama :
Islam
Kelas :
XII IPA 2
Alamat :
Kadupandak
Misi :
Membuat sesuatu menjadi lebih indah.
Nama : Enur Aan sopiah
Tempat Tgl. Lahir : Ciamis, 12
Mei 1994
Jenis Kelamin :
Perempuan
Agama :
Islam
Kelas :
XII IPA 2
Alamat :
Rancah Girang
Misi :
Kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya membuat kita mnjadi sukses.
Nama :
Eros Rosmawati
Tempat Tgl. Lahir : Ciamis, 30
November 1994
Jenis Kelamin :
Perempuan
Agama :
Islam
Kelas :
XII IPA 2
Alamat :
Tambaksari
Misi :
Mencapai kebahagiaan dunnia akhirat.
Nama : Esih Nurhayati
Tempat Tgl. Lahir : Cilacap,
14 April 1993
Jenis Kelamin :
Perempuan
Agama :
Islam
Kelas :
XII IPA 2
Misi : Perhiasan kekayaan orang
kaya, harga diri perhiasan orang miskin
Nama :
Fani Aulia
Tempat Tgl. Lahir :
Tasikmalaya, 30 Januari 1995
Jenis kelamin :
Perempuan
Agama :
Islam
Kelas :
XII IPA 2
Alamat :
Situmandala
Misi :
Mencapai satu obsesi, yaitu Kesuksesan.
No comments:
Post a Comment